Covid-19 vs Industri Percetakan

Covid-19 vs Industri Percetakan

Penulis: Kikie Nurcholik (Ketua I - Organisasi & Pendidikan KopiGrafika)


Banyak dari kita telah melakukan studi tentang dampak global Covid-19 pada industri percetakan. Menurut beberapa laporan, kemampuan melalui penjualan bisnis cetak online membentuk industri percetakan digital semakin dikenal sexy dan dapat menjawab tantangan di masa pandemi.

 

Salah satu contoh misalnya ritel stasionery printing terpaksa mengubah model bisnisnya dan beradaptasi dengan kondisi baru. Pada saat yang sama, sebagian besar pengecer online mulai menerapkan beberapa perbaikan unluk meningkatkan efisiensi mereka.

 

Amazon, misalnya, mempekerjakan 427.300 karyawan tambahan untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat dan, menurut analis yang dirujuk oleh para surveylance untuk asia, penjualan kuartalan pada segmen ritel stationary printing ini diharapkan melebihi ratusan miliar dollar untuk pertama kalinya pada kuartal keempat 2020.

 

Diantaranya yang tercatat adalah jumlah pembelian selama 3 bulan lockdown sama dengan jumlah pembelian dalam 10 tahun terakhir dan selama karantina, 75% konsumen mencoba berbagai toko, situs web, ataupun merek.

 

Dalam survey itu 80% pembeli berencana unluk terus berbelanja online. Dimana seiring dengan itu volume pengiriman online meningkat, dengan jumlah yang sama dalam 8 minggu seperti yang terjadi di seluruh dekade terakhir.

 

Situasi campuran berkembang dalam industri percetakan convensional dan digital. Sementara sektor portofolio peorangan diuntungkan, segmen lain seperti perhotelan (hotel, restoran, katering) dan industri perjalanan membutuhkan cetakan yang jauh lebih sedikit.

 

Mustahil unluk mengatakan bahwa sektor percetakan tumbuh dengan lancar selama karantina, karena pertumbuhan ini tidak merata. Beberapa perusahaan mencetak lebih banyak dari biasanya, sementara yang lain berhenti sama sekali.

 

Mengingat karantina, banyak perusahaan beralih dalam penanganan pekerjaannya dari kantor ke rumah (WFH), yang selanjutnya mempercepat tren menuju tanpa kertas dari perspektif bisnis (ada pesanan yang jauh lebih sedikit untuk amplop, kartu nama, kop surat, binder, dll).

 

Faktor penting lainnya adalah kegiatan penutupan area perbatasan dan penutupan nasional (lockdown). Karena itu, saluran distribusi global terganggu sementara permintaan tetap sama dan bahkan tumbuh. Penutupan China, misalnya, berdampak besar pada bisnis penerbitan, karena rantai pasokan terganggu dan penjual buku kehabisan persediaan.

 

Ketika perusahaan tidak dapat mencetak dan mengirim ke pelanggan, baik dalam ataupun luar negeri dengan biaya yang efektif, atau printer induknya ditutup karena wabah virus corona, maka pencetakan akan bekerja hanya sesuai dengan permintaan lokal saja, yang tentunya kemudian didorong oleh algoritme cerdas, maka akan menjadi alternatif yang menarik.

 

Akibatnya, pasar domestik, produsen dan pemasok memperoleh keuntungan alas pesaing asing karena mereka memasok sebagian besar kebutuhan pencetakan nasional.

 

Cetak produk dengan permintaan tinggi

 

Jika para pebisnis mengabaikan negara dan fokus pada produk, menurut pendapat saya mereka melihat pertumbuhan yang signifikan dalam kategori tertentu, terlepas dari itu, pesanan perusahaan cenderung menuju pertumbuhan yang stabil pada kuartal kedua tahun berjalan. Produk pribadi seperti foto di alas kanvas, forex atau sejenisnya, photobook dan poster bersama-sama menyumbang 80% dari semua pesanan selama pandemi.

 

Kecenderungan masa lockdown, membuat orang memiliki banyak waktu untuk mengatur perjalanan mereka dan memesan lebih banyak produk cetakan yang dibutuhkan dan mereka mulai lebih sering memikirkan kembali untuk mendekorasi interior dan berusaha membuat rumah mereka lebih nyaman.

 

Dan tentu saja selama lockdown, kecuali belanja online, tidak banyak cara untuk membelanjakan atau menghabiskan uang karena semua kegiatan dibatasi.

 

Jelas bahwa bisnis percetakan lebih rendah hanya sekitar 15% dari pesanan. Bahkan jika kita membandingkan jumlah pesanan dengan periode yang sama tahun 2019, kita dapat melihat tren perusahaan merampingkan dan mengotomatisasi pemesanan cetakan.

 

Permintaan kartu nama atau kartu ucapan meningkat dari awal tahun setelah pembatasan karantina dicabut. Bahkan bisnis yang lebih konservatif melihat ke arah solusi otomatis dan tanpa kontak untuk memenuhi kebutuhan mereka, menurut saya pribadi permintaan produk cetak seperti custom packaging, barang promosi dan label akan terus meningkat selama pandemi Covid-19.

 

Tentu saja, pernyataan dapat ditafsirkan dengan cara yang berbeda dan masih belum jelas bagaimana periode pasca-Corona akan berkembang, tetapi analisis dapat diringkas dan memungkinkan ada 4 kesimpulan,

 

Pertama, berbagai statistik e-commerce global menunjukkan bahwa krisis virus corona akan mempercepat tren industri yang ada. lni berarti bahwa area pembelian dan pengiriman online terus berkembang.

 

Kedua, dari sudut pandang pemasok, otomatisasi pemrosesan pesanan sangat dibutuhkan. Permintaan untuk sistem alur kerja yang sangat otomatis dan terintegrasi sepenuhnya tumbuh karena konsumen mengharapkan "Amazonisasi" pada seluruh industri e-commerce. Tren ini memaksa semua pemasok untuk berakselerasi.

 

Ketiga, otomatisasi menjadi semakin penting baik di tingkat peralatan maupun alur kerja. Profesional yang sangat terampil tidak dapat diganti dengan cepat. Sistem yang mudah digunakan yang membutuhkan lebih sedikit pengetahuan, penting untuk produksi.

 

Keempat, kembali ke model bisnis biasa, mungkin masih jauh dan tidak ada yang bisa memprediksi masa depan. Bagi perusahaan alih-alih menunggu dan berharap, harus mengatasi transformasi bisnis mereka sendiri untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan kebutuhan bisnis itu sendiri.